Adalah ibuku orang yang pertama aku kagumi sebagai seorang ibu. Meski telah ditinggal bapakku tahun 1988, ketika aku baru masuk ke Perguruan Tinggi, namun dia tetap tegar dalam menghadapi cobaan hidup hingga ia mampu menyelesaikan sekolah ketiga anaknya yang masih tersisa hingga Sarjana (kakak-kakaku sudah tuntas dan sudah pada bekerja), yakni: aku dan dua orang adikku, yang pada waktu itu masih duduk di bangku kelas 2 SMA dan 2 SMP. Meski hanya lulusan SD dan berbekal gaji pensiunan PNS Golongan 2C yang ditingalkan bapakku, tapi ibuku tetap bisa bertahan dan mampu membiaya hidup serta sekolah anak-anaknya hingga semuanya menjadi Sarjana. Sungguh luar biasa dan layak untuk diteladani.
Orang kedua yang aku kagumi adalah ibu mertuaku (lihat foto). Sebagaimana ibuku, diapun hanya mengandalkan gaji pensiunan PNS Golongan 2D dari almarhum suaminya, yang meninggalkannya ketika istriku pada saat itu baru menginjak kelas 6 SD (tahun 1999). Namun dengan kegigihan dan kesabarannya ia mampu menyekolahkan ketiga anaknya hingga lulus SMA dan Perguruan Tinggi.
Ibu-ibu seperti mereka adalah matahari-matahari karena senantiasa menerangi, memberi kehangatan, melindungi, dan bahkan memberi oksigen bagi kehidupan anak-anaknya.
Terima kasih ibuku. Terima kasih ibu mertuaku. Karena orang-orang seperti engkaulah dunia menjadi berseri dan generasi menjadi lebih baik.
Dan inilah calon matahari bagi anakku, M. Bintang Cahya Semesta. Dia adalah seorang perempuan cantik, cerdas (maklum alumni SC), shalehah, namun sedikit bawel, hehehe... Dia adalah perempuan yang baru aku nikahi 2 tahun lalu (6 Juli 2008 = 060708) namun seperti sudah puluhan tahun menjadi istriku. Dia adalah matahari lain bagi hidupku, selain dari ibuku yang aku kagumi.