Anita membanting pintu kamarnya dengan keras. Dilemparkannya tubuh mungilnya ke atas kasur. Sambil menelungkup dia menangis tersedu-sedu. Kesal, sedih, marah. Itulah yang dirasakannya saat ini. Bagaimana tidak? Waktu di sekolahan tadi, dia menjadi pusat ledekan temen-temennya. Hampir seluruh siswa di kelasnya memanggilnya dengan sebutan "Miss G.!", yang berarti Nona Goblog. Hanya beberapa orang saja yang tidak memanggilnya demikian, termasuk sahabatnya, Stefany.
Mamanya yang tengah masak siang di dapur, mendengar anak semata wayangnya menangis di dalam kamar, segera menghampiri. Khawatir kalau-kalau ada kejadian buruk yang menimpa anak kesayangannya itu. Maklum, anak satu-satunya ini sedikit kolokan. Ada sedikit masalah saja sudah uring-uringan, apalagi ada masalah besar, bisa kiamat dunia.
"Ada apa, sayang? Baru pulang sekolah kok sudah uring-uringan gitu. Tidak baik lho begitu, nanti cepat tua." Hibur mamanya setelah dia duduk di samping tempat tidur Anita.
"Biarin! Mau cepat tua kek, cepat mati kek, sebodo amat!" Anita menjawab ketus.
"Lho, kok malah tambah ketus. Kenapa dong sayang, ada apa?"
Anita tidak menjawab. Dia malah semakin membenamkan wajahnya ke dalam bantal. Tangisnya yang tadi terdengar cukup kencang, jadi tidak begitu kedengaran suaranya. Hanya guncangan badannya saja yang terlihat, menandakan bahwa dia masih menangis.
"Anita, sayang, cerita dong ke mama, siapa tauk mama bisa ngasih solusi. Marahan sama pacar ya?" Mamanya menebak. Maklumlah anak jaman sekarang, anak seusia dia sudak banyak yang pacaran meskipun hanya baru cinta monyet.
"Siapa yang punya pacar? Anita masih kecil, gak mau pacaran!" Sahut Anita sambil membalikkan badan, menghadap ke arah mamanya.
"Mama kan cuma nebak, siapa tauk Anita sudah punya pacar..... Ya, ada masalah apa dong, sayang, cerita dong! Biasanya kan kalo ada masalah, Anita suka cerita ke mama."
"Anita kesel, benci sama temen-temen di sekolah. Anita gak mau sekolah lagi. Anita pingin berhenti sekolah!"
"Lho, kok gitu?! Emangnya kenapa dengan teman-teman di sekolah?"
"Mereka nyebutin Anita, Miss G. Malu kan, ma, dibilangin begitu?!"
"Lho, emang Miss G. itu apaan? Baru dibilangin begitu saja marahnya bukan main." Mamanya tidak mengerti maksud Anita. Istilah itu asing baginya. Maklum, jaman dia sekolah dulu tidak ada istilah yang aneh-aneh, tidak seperti anak-anak sekarang.
"Mama sih gak tauk, gak ngerasain!"
"Iya, apa dong sayang? Mama kan baru denger istilah itu."
"Miss G itu artinya..... Ah, nanti aja ah, ma. Anita gak mau cerita sekarang. Anita malu bilanginnya." Jawab Anita sambil kembali menelungkupkan badannya. Tapi kali ini tangisnya sudah tidak terdengar lagi, sudah reda.
"Ya, sudah kalo begitu. Sekarang ganti baju dulu gih, lalu makan. Abis itu, jangan lupa shalat dhuhur!" Mamanya tidak berusaha mengejar penjelasan dari Anita. "Biarin saja, nanti juga dia pasti menceritakannya, kalau dia sudah tenang," pikir mamanya.
***
Bell tanda isrirahat baru saja berbunyi. Anak-anak kelas 8 G berebut keluar dari kelasnya. Namun tidak seperti biasanya, Anita yang biasanya paling heboh di kelas, dan selalu menjadi orang pertama yang bersorak apabila terdengar bell listirahat, kali ini menjadi pendiam. Dia hanya duduk lesu di bangkunya sambil pura-pura membaca buku pelajaran Bahasa Inggris, padahal pikirannya menerawang jauh ke masa kemarin dimana dia menjadi pusat ledekan teman-temannya. "Miss G.!" Itulah kata yang merasuki pikirannya. Stefany yang sedari tadi memperhatikan tingkah Anita, merasa kasihan dengan keadaan sahabatnya itu. Dia tahu kalau Anita sedang sedih akibat perlakuan teman-temannya kemarin. "Kalo saja aku mengalami hal serupa, pasti aku juga bakalan sedih seperti dia," pikirnya dalam hati.
"Nit, kita ke kantin yuk!" Ajak Stefany.
"Males, ah! Kamu aja sendirian. Aku lagi gak mood makan nih!" Anita memberi alasan keengganannya.
"Ya, jangan makan dong. Kita ngeceng aja di kantin, siapa tahu ada kang Ardi lewat, lumayan kan buat cuci mata dikit." Stefany mencoba menghibur dengan sedikit bercanda.
"Huu, dasar otak ngeres! Yang dipikirin cowok melulu."
"Dia sih udah bakat alam, Nit. Kebisanya cuma ngecengen cowok doang!" Mutiara yang baru saja datang, langsung nimbrung percakapan. Maklum, anak heboh yang satu ini beda kelas dengan dua sahabatnya waktu di kelas 7 dulu.
"Eh, kelas delapan B baru istirahat, bukan?" Stefany mengalihkan pembicaraan.
"Iya nih. Maklum, kalian tauk sendiri Mr. K, kalo udah nerangin suka gak inget waktu, nyerocoooss..... terus. Mending kalo neranginnya enak, santai dan kita ngerti. Ini udah ngomongnya cepet kaya kapal jet, yang diomonginnya turunan rumus lagi. Ah, pusing deh pokoknya! Udah ah, jangan ngomongin Mr. K, sebel aku! Mendingan kita ke kantin yu, lapar nih!" Mutiara menepuk-nepuk perutnya.
"Gak ah, aku mau menemani Anita di kelas. Kasihan, dia lagi sakit," Stefany menolak ajakan temennya. Dia merasa kasihan kalau Anita ditinggal sendirian di dalam kelas, takut perasaan sedihnya menjadi-jadi.
"Sakit apaan? Sakit kok sekolah? Udah, pulang aja sana, nanti kita anterin. Kan enak kita bisa langsung pulang, gak ikut belajar, hehehe......"
"Kamu tu gimana, mau menari di atas penderitaan orang lain," Stefany menimpali perkataan Mutiara dengan sedikit marah.
"Lho, kok dianggap serius. Aku tu cuma bercanda," Mutiara membela diri. Lalu menajutkan, "Emang kamu sakit apaan sih, Nit, kok kelihatan loyo banget ?"
"Nggak, gak sakit kok, cuma lagi gak mood aja," jawab Anita singkat.
"Anita tu lagi sakit hati......"
"Sakit hati? Putus cinta bukan? Wah, kalian tega deh sama aku. Ada info baru kok gak cerita-cerita. Kalian udah gak nganggap aku temen bukan?!" Mutiara memotong ucapan Stefany.
"Eeh..... makanya jangan motong pembicaraan dulu. Belum aja dijelasin udah narik kesimpulan. Dengerin nih! Anita tu sakit hati karena kemarin diledekin Miss G. sama temen-temen di kelas. Awalnya sih gara-gara guru Killer itu....." Stefany menjelaskan.
"Mr. K, maksudnya?" Mutiara memebak.
"Iyalah, siapa lagi?!"
"Emang, gara-garanya apa sampe Anita dibilang Miss G., dia kan lebih pintar dari aku?" Mutiara semakin penasaran, ingin tahu.
"Masalahnya sih sepele. Kemarin tu dia disuruh menuliskan rumus untuk mencari suhu akhir yang diturunkan dari rumus persamaan Q = m.c.Dt..."
"Lho, rumus itu kan gampang banget. Rumus untuk mencari suhu akhir itu kan cuma tt = (Q/m.c) + to, dan untuk mencari suhu awal tinggal dibalikin doang jadi t0 = tt - (Q/m.c)!" Mutiara menjelaskan dengan detail.
"Iya, memang gampang. Aku juga tauk, kalo rumus itu berasal dari Dt = Q/m.c. Karena Dt = tt - t0, maka untuk mencari tt atau suhu akhir rumusnya sama seperti yang kamu sebutkan tadi." Anita membela diri, merasa dirinya tidak bodoh dan goblog seperti yang diledekkan teman-temannya kemarin.
"Ya, kalo tauk gitu kenapa kamu bisa salah?" serang Mutiara.
"Waktu itu aku kelupaan. Seharusnya memang ditambah to, tapi aku tulis dikurangi to. Ya..... dasar memang lagi apes!" Anita menyesali diri.
Treeeeeng .....!!! Bel tanda masuk berbunyi.
"Eh, aku ke kelas dulu, ya! Tu, bel udah bunyi. Oya, nanti sepulang sekolah tu jadi gak nengok si Irma? Kalo jadi, kita tungguin si Santika dulu di kantin. Dia pasti pulangnya agak telat, soalnya jam terakhirnya bagian Mr. K" Mutiara menjelaskan, sambil cepat-cepat ngeloyor pergi.
***