dari tanah Negeb Hebron engkau terusir
ketika saudara tirimu baru saja disapih
dari air kasih sayang ibunda Sara
maka bergolaklah sumur Lahai-Roi menahan haru
seperti juga pohonan tarbatin Mamre yang menangis pilu
mengantar kepergian sahaya mengembara
mengarungi padang pasir yang panas membara
hingga tanah Bersyeba menyambutmu dengan tangan terbuka
dengan senyum keramahan seorang sahabat
o anak muda, betapa tabah dirimu
meski harus meninggalkan tanah kelahiranmu
waktupun terus berlalu
hingga tiba perintah yang menjadi takdirmu
"anakku, kini engkau telah menjadi pemuda
maka bersiaplah untuk menerima pengorbananmu
pikullah kayu-kayu itu di atas bahumu
dan mari kita berangkat ke Moria
untuk memenuhi perintah Sang Maha," kata sang bapak
anak muda itupun diam, tak membantah
bahkan ketika tajamnya pisau siap memotong lehernya
anak muda itu masih diam, tak membantah
o pemuda gagah, betapa tabah dirimu
meski harus mengorbankan darah dan nyawamu
anak muda, gerangan apa yang membuatmu bengitu rela
mengorbankan darah dan nyawamu seperti tengah berputus asa?
"aku hanyalah sahaya Tuhan yang tak memiliki apa-apa
bahkan darah daging tulang nyawa serta segala yang ada
bukanlah milikku sepenuhnya
lantas masih adakah hak untuk hidup jika Sang Pemilik memintanya
wujud cintaku adalah ketaatan
wujud rinduku adalah penyerahan," jawabmu teguh
duhai anak muda
betapa tabah hatimu
betapa teguh sikapmu
betapa pasrah jiwamu
maka biarlah Bersyeba menjadi saksi
bagi wujud cinta dan rindumu yang sejati
dan biarkan si pendusta menyangka
bahwa engkau bukanlah engkau
tapi saudara tirimu yang masih kecil
yang tinggal di Lahai-Roi
Cibaraja, 08/12/1997
Baca Kajian menarik:
Ismail atau Ishak yang dikurbankan : Versi Islam dan Kristen
ketika saudara tirimu baru saja disapih
dari air kasih sayang ibunda Sara
maka bergolaklah sumur Lahai-Roi menahan haru
seperti juga pohonan tarbatin Mamre yang menangis pilu
mengantar kepergian sahaya mengembara
mengarungi padang pasir yang panas membara
hingga tanah Bersyeba menyambutmu dengan tangan terbuka
dengan senyum keramahan seorang sahabat
o anak muda, betapa tabah dirimu
meski harus meninggalkan tanah kelahiranmu
waktupun terus berlalu
hingga tiba perintah yang menjadi takdirmu
"anakku, kini engkau telah menjadi pemuda
maka bersiaplah untuk menerima pengorbananmu
pikullah kayu-kayu itu di atas bahumu
dan mari kita berangkat ke Moria
untuk memenuhi perintah Sang Maha," kata sang bapak
anak muda itupun diam, tak membantah
bahkan ketika tajamnya pisau siap memotong lehernya
anak muda itu masih diam, tak membantah
o pemuda gagah, betapa tabah dirimu
meski harus mengorbankan darah dan nyawamu
anak muda, gerangan apa yang membuatmu bengitu rela
mengorbankan darah dan nyawamu seperti tengah berputus asa?
"aku hanyalah sahaya Tuhan yang tak memiliki apa-apa
bahkan darah daging tulang nyawa serta segala yang ada
bukanlah milikku sepenuhnya
lantas masih adakah hak untuk hidup jika Sang Pemilik memintanya
wujud cintaku adalah ketaatan
wujud rinduku adalah penyerahan," jawabmu teguh
duhai anak muda
betapa tabah hatimu
betapa teguh sikapmu
betapa pasrah jiwamu
maka biarlah Bersyeba menjadi saksi
bagi wujud cinta dan rindumu yang sejati
dan biarkan si pendusta menyangka
bahwa engkau bukanlah engkau
tapi saudara tirimu yang masih kecil
yang tinggal di Lahai-Roi
Cibaraja, 08/12/1997
Baca Kajian menarik:
Ismail atau Ishak yang dikurbankan : Versi Islam dan Kristen