bulan telah menjadi matahariku
dengan sepotong malamnya yang bisu
cahanyanya yang redup
telah menghadirkan wajahmu
di setiap cangkir kopi yang melumuri mulutku
maka pada setiap malam itu
nafasmu yang juga nafasku
mengalir dalam hembusan angin
lalu rebah di setiap tangkai pohonan
kemudian menjadi riak desah kita
yang haru pada rumputan tumbang
lihatlah ketika hujan jatuh ke tubuhmu
bunga-bunga sudah tidak bisa lagi mekar
karna angin sudah menjadi racun kelopaknya
dan batuan hanya bisa menangisi
kepergian air yang jernih
karna sungai telah berganti wajah
menjadi plastik dan rongsokan
Cikembar, 15/10/05
dengan sepotong malamnya yang bisu
cahanyanya yang redup
telah menghadirkan wajahmu
di setiap cangkir kopi yang melumuri mulutku
maka pada setiap malam itu
nafasmu yang juga nafasku
mengalir dalam hembusan angin
lalu rebah di setiap tangkai pohonan
kemudian menjadi riak desah kita
yang haru pada rumputan tumbang
lihatlah ketika hujan jatuh ke tubuhmu
bunga-bunga sudah tidak bisa lagi mekar
karna angin sudah menjadi racun kelopaknya
dan batuan hanya bisa menangisi
kepergian air yang jernih
karna sungai telah berganti wajah
menjadi plastik dan rongsokan
Cikembar, 15/10/05
Posting Komentar
Terima kasih atas semua tanggapan sobat-sobat semua.....